Pamer Mainan Ke Sekolah Kesukaan Si Kecil

Pamer Mainan Ke Sekolah Kesukaan Si Kecil
Sekelompok anak TK berkerumun di sebuah meja. Nampaknya mereka berebut untuk memperhatikan sesuatu. Beberapa di antaranya mencoba memegang sebuah benda asing yang berada di atas meja. Antusias sekali. Apa yang membuat anak-anak itu ingin tahu? Rupanya Andi, teman anak-anak itu, membawa mainan baru di sekolah.
Mainan mobil balap elektrik itu memang menarik. Dengan remot kontrol mobil itu bisa bergerak kemana saja sesuai keinginan pemakainya. Anak-anak tertegun.
Melihat perilaku teman-temannya, Andi terlihat bangga. Di lain waktu, mainan yang dibawa Andi semakin beragam. Ada puzel, pistol-pistolan, dan sebagainya. Andi yang biasanya pendiam dan sering dipojokkan teman-temannya itu sekarang sudah berubah. Ada apa dengan Andi?

Penyebab Suka Pamer
Perilaku pamer bisa jadi merupakan bentuk perwujudan identitas diri, “Ini lho barang-barang yang aku punya”. Jadi, dari barang atau mainan yang dibawa, ia menunjukkan ‘saya ini siapa.” Ia ingin menampakkan bahwa dirinya punya sesuatu yang lebih dari teman-temannya.
Bisa juga perilaku pamer ditiru anak dari orang tua. Tanpa disadari, orang tua gemar memamerkan barang-barang atau perhiasannya pada orang lain. Misalnya saja, saat lebaran, kondangan, atau berkunjung ke sanak keluarga, sang ibu memakai perhiasan komplit. Padahal, pada hari-hari biasa tak satupun perhiasan yang melekat di jari atau pergelangan tangannya. Ingat, anak adalah pengamat yang paling peka.
Perilaku pamer juga bisa menjadi cara agar diakui dan diterima kelompok. Barangkali awalnya anak-anak merasa tidak diterima teman-temannya, kecuali jika mereka mampu menunjukkan mainannya. Apalagi penerimaan merupakan ukuran sukses bagi seorang anak. Nah, dengan mempunyai banyak teman ia merasa paling berhasil di lingkungan sosialnya.
Terlebih pada usia pra-sekolah, anak cepat sekali tertarik pada mainan baru atau sesuatu yang unik, sehingga usaha pamer untuk mendapat perhatian pasti berhasil. Bila temannya ada yang pinjam mainan tentu sangat membanggakan bagi anak yang memang bertujuan pamer. Ia merasa dibutuhkan dan merasa eksis dalam kelompok tersebut.

Dampak
Perilaku pamer dapat terjadi pada anak yang kurang perhatian maupun yang berlebih perhatian di rumah. Namun, apapun penyebabnya, perilaku pamer tidak boleh dibiarkan karena anak bisa berkembang jadi banyak tuntutan pada orang tua. Misal ingin dibelikan mainan baru terus agar bisa jadi yang pertama atau paling unggul di banding teman-temannya. Bukankah ia mendapat perhatian dari teman-temannya karena barang-barangnya? Jika dibiarkan dapat keterusan sampai besar. Ia akan selalu “membeli” perhatian teman-temannya dengan cara mentraktir, membelikan barang-barang keperluan mereka, dan sebagainya. Padahal, dalam pergaulan orang dewasa, perilaku pamer paling tidak disukai.

Solusi
Cari tahu apa motivasinya membawa begitu banyak membawa mainannya ke sekolah. Bila jawabannya untuk main, katakan padanya bahwa satu atau dua mainan saja sudah cukup untuk dipakai main saat istirahat. Dan, ia harus diajarkan bertanggungjawab atas barang-barang yang dibawanya agar tidak hilang atau tertinggal di sekolah atau justru menjadi bahan rebutan teman-temannya di sekolah. Bila jawabannya tidak masuk akal atau malah tidak bisa menjawab, disinilah kita harus waspada, karena berarti ia punya tujuan lain. Kita harus bisa menggali, kebutuhan apa yang ia perlukan. Bisa jadi demi memenuhi perasaan kurang mendapat perhatian di rumah.
Cari tahu pula tanggapan teman-temannya. Misalnya, ia mengatakan teman-temannya suka padanya. Tanyakan,”Sukanya itu sama kakak atau mainan kakak?”. Anak usia pra-sekolah sudah bisa merasakan bila perhatian teman-temannya ternyata tidak tulus, hingga iapun biasanya dengan polos mengungkapkan,”Sukanya pada mainanku. Soalnya kalau aku tidak bawa mobil-mobilan aku enggak ditemenin.”
Dari jawaban tersebut kita bisa mengajari bahwa lingkungan tidak selamanya sesuai dengan kehendak kita. Ada orang baik, ramah. Ada pula orang yang mengharapkan sesuatu dari kita. Selanjutnya beri pengertian bahwa Allah sayang anak yang rendah hati, tidak suka pamer. Dan, untuk mendapatkan teman tidak harus melalui mainan-mainannya, tapi bisa dengan menunjukkan prestasi, bakat, atau sesuatu yang melekat pada dirinya seperti ramah, baik hati, pemaaf, dan sebagainya.
Sumber : http://salmanalfarisi2.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar